PROSTITUSI ONLINE MELALUI APLIKASI MICHAT DI KOTA SORONG, PAPUA BARAT DAYA (PERSPEKTIF PENDIDIKAN KRISTIANI)
Keywords:
Prostitusi Online, MiChat, Pendidikan Kristiani, Kota Sorong, MoralitasAbstract
Fenomena prostitusi online marak terjadi di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Kota Sorong, Papua Barat Daya. Salah satu aplikasi yang sering digunakan dalam praktik ini adalah MiChat, yang memanfaatkan fitur "Pengguna Sekitar" untuk memfasilitasi transaksi antara penyedia jasa seks komersial dan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi realitas fenomena prostitusi online di Kota Sorong serta menganalisisnya dari perspektif Pendidikan Kristiani. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan pendekatan kuantitatif melalui survei terhadap 80 responden serta pendekatan kualitatif melalui observasi dan wawancara mendalam dengan pekerja seks komersial (PSK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomi, kurangnya pendidikan moral dan agama, serta pengaruh lingkungan pergaulan merupakan penyebab utama keterlibatan individu dalam praktik prostitusi online. Mayoritas pekerja seks komersial berusia 18–30 tahun, dan sebagian dari mereka memiliki latar belakang keluarga yang tidak harmonis. Dari perspektif Pendidikan Kristiani, fenomena ini memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kehidupan iman dan moralitas individu serta tatanan sosial masyarakat. Gereja, keluarga, dan institusi pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk karakter generasi muda agar terhindar dari praktik ini. Upaya pencegahan melalui penguatan nilai-nilai Kristiani dalam keluarga, edukasi yang berbasis iman, serta pendampingan Pastoral Konseling Konseling dianggap sebagai strategi utama dalam mengatasi permasalahan ini. Dengan demikian, Pendidikan Kristiani berkontribusi dalam membangun kesadaran dan ketahanan moral bagi generasi muda Kristen agar tidak terjerumus dalam prostitusi online.